MODEL ROLE PLAYING OLEH KELOMPOK 8 KELAS B

PGMI, FITK, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta terus berupaya menghadirkan pembelajaran yang bermakna dan kontekstual bagi peserta didik. Salah satu upaya tersebut diwujudkan melalui penerapan Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) dengan tema kegiatan jual beli sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan hidup. Modul ini disusun oleh Kelompok 8 dengan anggota - Eka Putri Ayundasari - Tatik Ilmiyati - Naila Salwa Salsabila - Nur Maya Noviyana - Lukluatul Farikhhah dan diterapkan pada peserta didik kelas IV fase B tahun pelajaran 2025/2026 dengan alokasi waktu dua jam pelajaran.

Melalui mata kuliah strategi pembelajaran, kelompok 8 mengimplementasikan Model Role Playing dimana pembelajaran ini dirancang untuk membekali peserta didik dengan pemahaman dasar mengenai perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, pengenalan nilai mata uang, serta penerapan aktivitas jual beli dalam kehidupan sehari-hari. Sejak awal pembelajaran, guru menciptakan suasana kelas yang kondusif melalui kegiatan pembukaan berupa salam, doa bersama, pengecekan kehadiran, serta ice breaking yang bertujuan meningkatkan semangat belajar siswa.

Dalam kegiatan inti, guru menggunakan pendekatan kontekstual dengan model pembelajaran Role Playing atau bermain peran. Peserta didik terlebih dahulu diajak mengamati tayangan video yang menampilkan situasi jual beli di lingkungan sekitar. Melalui diskusi dan tanya jawab, siswa dilatih bernalar kritis untuk mengidentifikasi peran penjual dan pembeli serta pentingnya kejujuran dan komunikasi dalam transaksi ekonomi sederhana.

Model Pembelajaran Role Playing memiliki sintkas sebagai berikut:

a. Fase satu: Melatih Kelompok

  1. Mengidentifikasi atau memperkenalkan masalah
  2. Memperjelas masalah
  3. Menginterpretasikan cerita masalah
  4. Mengeksplorasi isu-isu
  5. Menerangkan bermain peran

b. Fase Dua: Menyeleksi peserta

  1. Menganalisis peran.
  2. Memilih pemain peran.

c. Fase Tiga: Mengatur setting

1) Mengatur sesi-sesi tindakan

2) Menegaskan kembali peran

3) Memasuki situasi masalah

d. Fase empat: Mempersiapkan Peneliti

  1. Memutuskan apa yang dicari
  2. Menetapkan tugas pengamatan

e. Fase Lima: Pemeranan

  1. Memulai bermain peran
  2. Mempertahankan bermain peran
  3. Menyudahi bermain peran

f. Fase Enam: Berdiskusi dan Mengevaluasi

  1. Mereview tindakan bermain peran (kejadian, posisi, kenyataan)
  2. Mendiskusikan fokus-fokus utama
  3. Mengembangkan pemeranan selanjutnya

g. Fase Tujuh: Memerankan Kembali

  1. Memainkan peran yang diubah
  2. Menunjukkan Langkah-langkah atau alternatif perilaku selanjutnya

h. Fase Delapan: Berdiskusi dan Mengevaluasi

  1. Mengulang fase enam

i. Fase Sembilan: Berbagi Pengalaman dan Menggeneralisasi

  1. Menghubungkan situasi masalah dengan pengalaman sebenarnya dan masalah yang ada
  2. Mengeksplorasi prinsip-prinsip umum perilaku

Selanjutnya, guru membagi peserta didik ke dalam tujuh kelompok kecil dan menentukan peran yang akan dimainkan. Ruang kelas disulap menjadi pasar mini lengkap dengan meja jualan, uang mainan, dan barang dagangan sederhana. Situasi ini memberikan pengalaman belajar yang nyata bagi siswa untuk memahami proses transaksi jual beli secara langsung.

Pada saat pelaksanaan role playing, sebagian siswa berperan sebagai penjual dan pembeli, sementara siswa lainnya bertugas sebagai pengamat. Para pengamat dibekali Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk mencatat sikap, kejujuran, serta ketepatan dalam proses transaksi. Guru mengamati jalannya kegiatan dan mencatat hal-hal yang perlu dievaluasi.

Setelah sesi bermain peran pertama, guru memfasilitasi diskusi evaluasi. Peserta didik diajak merefleksikan penampilan mereka, mengidentifikasi kelebihan, serta menemukan bagian yang perlu diperbaiki. Nilai-nilai karakter seperti kejujuran, tanggung jawab, sikap ramah, dan komunikasi yang baik kembali ditekankan oleh guru sebagai bagian penting dalam kegiatan ekonomi.

Role playing kemudian diulang dengan perbaikan berdasarkan hasil diskusi. Pada sesi ini terlihat adanya peningkatan sikap dan pemahaman siswa, terutama dalam ketepatan menghitung uang dan memberikan kembalian. Guru memberikan apresiasi kepada seluruh peserta didik atas keterlibatan aktif mereka selama proses pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran ditutup dengan sesi refleksi bersama. Peserta didik diajak mengaitkan pengalaman bermain peran dengan kehidupan sehari-hari, seperti saat berbelanja di pasar atau kantin sekolah. Guru juga memberikan penugasan rumah serta menutup pembelajaran dengan doa bersama.

Melalui pembelajaran ini, peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan kognitif, tetapi juga mengembangkan profil Pelajar Pancasila, seperti sikap religius, gotong royong, bernalar kritis, dan berkebhinekaan global. Modul ajar ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik pembelajaran kontekstual yang menyenangkan dan bermakna, serta mampu membentuk karakter siswa sejak dini.