Gangguan Pernapasan di PGMI UIN Sunan Kalijaga Diperkuat Model Investigasi Kelompok dengan Dokter Detektif Cilik

PGMI FITK UIN Sunan Kalijaga terus berinovasi dalam menerapkan Kurikulum Merdeka melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) yang aktif, kontekstual, dan berpusat pada peserta didik. Salah satu praktik pembelajaran tersebut diwujudkan melalui penggunaan Modul Ajar IPAS tema “Gangguan Pernapasan pada Manusia” yang disusun oleh Kelompok 7 dan diterapkan pada siswa kelas V fase B tahun pelajaran 2025/2026. Kelompok ini beranggotakan: Siti Fatonah, Farih Nidaun Nazihah, Isqina Salsabila, Fani Oktafia dan Ahmad Joshua Irfandi. Pembelajaran ini dirancang tidak hanya untuk meningkatkan pemahaman konsep, tetapi juga menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kerja sama, serta kepedulian terhadap kesehatan.

Model Investigasi Kelompok ini bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kolaboratif, dan kreatif peserta didik dalam menemukan dan menginvestigasi suatu masalah. Secara khusus, model ini membantu siswa untuk:

  1. Mengembangkan keterampilan komunikasi dan sosial dalam bekerja sama.
  2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar kelompok.
  3. Mengasah kemampuan menyelidiki, menganalisis, dan menyimpulkan suatu permasalahan.
  4. Mendorong siswa untuk berpikir ilmiah dan membuat keputusan berdasarkan data dan argumen yang logis.

Sintkas dari Model Investigasi Kelompok adalah sebagai berikut:

  1. Fase Satu: Identifikasi topik dan membentuk kelompok
  1. Guru memperkenalkan topik yang akan diinvestigasi.
  2. Guru menyediakan beberapa pilihan topik atau permasalahan yang relevan.
  3. Guru membentuk kelompok secara heterogen berdasarkan kemampuan dan minat.
  4. Siswa masuk ke dalam kelompok masing-masing dan menentukan subtopik yang akan diteliti.
    1. Fase Dua: Merencanakan prosedur penyelidikan
  1. Guru memberikan arahan tentang cara menyusun rencana investigasi dan sumber informasi yang dapat
  2. digunakan.
  3. Siswa menyusun langkah-langkah penyelidikan secara berurutan.
  4. Siswa memilih metode pengumpulan data (observasi, wawancara, membaca, dll.).
  5. Siswa membagi tugas sesuai peran masing-masing dalam kelompok.
    1. Fase Tiga: Merencanakan kegiatan investigasi dan mengumpulkan data
  1. Guru mengawasi jalannya kegiatan investigasi dan memastikan setiap siswa bekerja aktif.
  2. Siswa mencari informasi melalui observasi, wawancara, membaca sumber, atau kegiatan lain sesuai
  3. rencana.
  4. Guru memberikan bimbingan tambahan bila kelompok menemui hambatan.
  5. Siswa mendiskusikan temuan awal bersama kelompok.
    1. Fase Empat: Menganalisis data dan menyusun hasil
  1. Guru membimbing siswa dalam memahami dan mengolah data yang telah dikumpulkan.
  2. Siswa mengelompokkan, membandingkan, dan menafsirkan data sesuai tujuan penelitian.
  3. Siswa menyusun laporan hasil investigasi
  4. Guru mengarahkan siswa agar dapat menarik kesimpulan yang sesuai.
    1. Fase Lima: Presenntasi hasil kelompok / investigasi
  1. Setiap kelompok mempresentasikan hasil investigasi di depan kelas.

Berdasarkan kompetensi awal yang telah dipetakan guru, kemampuan siswa dalam memahami organ dan proses pernapasan masih beragam. Kondisi ini menjadi dasar penting dalam perancangan pembelajaran, sehingga guru memilih model Investigasi Kelompok (Group Investigation) dengan pendekatan konstruktivistik. Model ini memberi ruang bagi siswa untuk membangun pemahamannya sendiri melalui pengalaman belajar yang aktif dan bermakna.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan suasana yang hangat dan kondusif. Guru menyapa siswa, memimpin doa bersama, melakukan presensi, serta menghadirkan ice breaking untuk membangkitkan semangat belajar. Guru kemudian mengulas materi sebelumnya mengenai organ dan proses pernapasan, sebelum mengajukan pertanyaan pemantik seputar pengalaman siswa terkait gangguan pernapasan. Tahapan ini bertujuan menggali pengetahuan awal sekaligus mengaitkan materi dengan pengalaman nyata siswa.

Memasuki kegiatan inti, guru memperkenalkan topik gangguan pernapasan pada manusia secara singkat dan membagi siswa ke dalam tujuh kelompok. Kelas kemudian berubah menjadi ruang investigasi ketika guru menyebarkan kartu-kartu kasus gangguan pernapasan di berbagai sudut kelas. Perwakilan setiap kelompok diminta melakukan “perburuan kartu kasus”, sebuah aktivitas yang memantik rasa ingin tahu dan antusiasme siswa sejak awal pembelajaran.

Setiap kelompok menerima Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) bertajuk “Dokter Detektif Cilik”. Melalui LKPD ini, siswa diajak menganalisis kasus pasien dengan mengidentifikasi gejala, penyebab, jenis gangguan pernapasan, serta upaya pencegahannya. Siswa mengumpulkan data dari berbagai sumber, seperti buku siswa, materi ajar, dan penjelasan guru. Selama proses investigasi berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing, mengarahkan, dan memastikan setiap kelompok bekerja secara kolaboratif.

Tahap analisis menjadi bagian penting dalam pembelajaran ini. Siswa dilatih untuk menghubungkan gejala dengan penyebab penyakit, kemudian menarik kesimpulan secara logis. Gangguan pernapasan yang dikaji meliputi influenza, asma, bronkitis, dan tuberkulosis (TBC). Aktivitas ini tidak hanya memperkuat pemahaman konsep IPAS, tetapi juga melatih keterampilan berpikir kritis dan pengambilan keputusan berbasis data.

Hasil investigasi kemudian dipresentasikan oleh masing-masing kelompok di depan kelas. Setiap presentasi mendapat tanggapan dari kelompok lain, sehingga tercipta diskusi aktif dan saling melengkapi pemahaman. Guru memberikan umpan balik serta meluruskan konsep apabila terdapat kekeliruan. Suasana kelas tampak hidup dengan partisipasi siswa yang tinggi dalam menyampaikan pendapat dan pertanyaan.

Sebagai penguatan materi, guru menampilkan rangkuman empat jenis gangguan pernapasan melalui media PowerPoint. Pembelajaran kemudian ditutup dengan evaluasi interaktif menggunakan Wordwall. Melalui permainan edukatif ini, siswa berkompetisi secara sehat untuk menjawab pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari. Aktivitas ini terbukti meningkatkan motivasi belajar sekaligus menjadi sarana asesmen formatif yang menyenangkan.

Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan materi dan melakukan refleksi. Siswa diajak menyadari pentingnya menjaga kesehatan organ pernapasan melalui pola hidup sehat, seperti menghindari asap rokok, menjaga kebersihan lingkungan, dan menggunakan masker saat udara berpolusi. Guru menutup kegiatan dengan doa bersama dan salam penutup. Melalui pembelajaran ini, nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila seperti mandiri, bernalar kritis, dan gotong royong dapat tumbuh secara nyata dalam proses belajar. Modul ajar yang diterapkan tidak hanya berorientasi pada capaian akademik, tetapi juga membentuk kesadaran siswa akan pentingnya menjaga kesehatan sebagai bagian dari tanggung jawab diri. Pembelajaran IPAS ini menjadi contoh praktik baik penerapan Kurikulum Merdeka yang inovatif, kontekstual, dan bermakna.