Rekreasi Berbalut Edukasi: Mahasiswa PGMI Temukan Makna Ekosistem di Kebun Binatang

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) mengadakan sebuah kegiatan study tour ke Kebun Binatang Gembira Loka pada akhir pekan lalu. Kegiatan ini tidak hanya sekadar rekreasi, tetapi juga memberikan pengalaman edukatif yang mendalam bagi para mahasiswa dalam memahami satwa liar beserta ekosistemnya. Kegiatan ini dimulai sejak pagi, para mahasiswa dengan penuh semangat untuk mengikuti perjalanan ini, yang ramu sebagai bagian dari pembelajaran luar kelas pada mata kuliah IPA Dasar MI.

Setibanya di lokasi, mahasiswa menerima arahan dari Ibu Fitri Yuliawati, S.Pd.Si., M.Pd.Si., yang menjelaskan agenda kegiatan observasi selama di kebun binatang. Para mahasiswa telah dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok kecil untuk mengoptimalkan pengalaman belajar. Salah satu kelompok, yakni kelompok A6 yang terdiri atas nama “Riska amalia, Fani ziaul haqqi, Aisyah rahmah baiti, Annisa noor rahma, Adzkia yudi pratiwi” dipandu oleh Nurul Imam, S.Pd., mahasiswa yang bertindak sebagai pendamping observasi. Dengan panduan ini, para mahasiswa dapat memahami berbagai materi yang sebelumnya hanya mereka pelajari di ruang kelas, sambil menumbuhkan minat belajar melalui pengamatan langsung kehidupan satwa di habitat alaminya. Kegiatan ini menjadi momentum yang berharga bagi mahasiswa guna untuk menghubungkan teori dengan praktik di lapangan, menjadikan kunjungan ke Gembira Loka sebagai wahana untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan.

LAPORAN ZOO STUDY ACTIVITIES KELOMPOK 6B


  1. Kapibara ( Hydrochoerus hydrochaerisi)
  1. Sistem klasifikasi

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Caviidae

Genus ; Hydrochoerus

Spesies : H. hydrochaeris

  1. System pernafasan

Kapibara memiliki sistem pernafasan yang menggunakan organ paru-paru . . Mereka dapat bertahan di dalam air dan menahan napas. Lubang hidung mereka terletak tinggi di hidung mereka, sehingga mereka dapat tetap berada di dalam air dan tetap bernapas dengan mudah,

  1. Sistem Reproduksi

Kapibara berkembang biak dengan cara melahirkan dengan masa kawin berlangsung sepanjang tahun dan puncaknya di awal musim hujan. Masa bunting kapibara berlangsung selama 5-6 bulan dan dapat melahirkan 2 hingga 8 ekor anak dalam sekali melahirkan

  1. Cara Hidup/Habitat

Kapibara termasuk termasuk omnivore ( pemakan tumbuhan). Makanan yang di makan seperti rumput, tanaman air, kulit pohon, pucuk daun, buah, biji-bijian. Kapibara hidup berkelompok yang terdiri dari sepasang Jantan dan betina. Kapibara hidup selalu dekat dengan danau, Sungai. Kapibara sendiri berasal dari Amerika Serikat

KATAK LEMBU AMERIKA (Lithobates catesbeianus)

Katak lembu amerika (Lithobates catesbeianus) atau dikenal juga dengan American Bullfrog merupakan hewan amfibi yang berasal dari Amerika Serikat dan Kanada. Katak lembu Amerika atau American Bullfrog ini adalah salah satu katak terbesar di dunia, dikarenakan ukurannya yang besar ia mampu memakan apa saja. Katak lembu ini memiliki kulit yang berwarna cokelat kehijauan seperti warna kulit pohon dengan sedikit corak hitam atau cokelat. Pada usia dewasa hewan ini bisa berukuran sebasar telapak tangan orang dewasa atau sekitar 15-20 cm, serta memiliki berat sekitar 500 gram atau lebih. Katak ini tidak beracun dan relatif aman untuk di pelihara. Namun reprodiksinya yang cepat, dapat mengancam hewan endemikd dan potensi overpopularitas jika dilepaskan di alam liar.

  1. Sistem Klasifikasi

Kerajaan : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Kelas : Amphibia

Subkelas : Anuromorpha

Super Ordo : Salientia

Ordo : Anuras

Subordo : Displasiooela

Family : Ranidae

Genus : Litobat

Jenis :Lithobates catesbeianus

  1. Sistem Pernapasan

Insang

Katak bernapas menggunakan insang saat masih berbentuk kecebong. Insang katak berupa lembaran kulit halus yang mengandung kapiler darah.

Kulit

Katak bernapas menggunakan kulitnya dengan cara menyerap oksigen dari lingkungan sekitar. Permukaan kulit katak selalu basah agar mudah menyerap oksigen.

Paru-paru

Katak bernapas menggunakan paru-paru yang berselaput dan penuh kapiler darah setelah dewasa.

Pada masa kecebong katak lembu amerika bernapas menggunakan insang luar. Berlanjut menjadi katak muda/katak berekor, katak ini akan bermapas menggunakan insang dalam. Setelah katak ini tumbuh dewasa katak tidak lagi bernafas menggunakan insang luar dan insang dalam, melainkan melalui paru-paru dan kulitnya.

  1. Sistem Reproduksi

Musim kawin Katak Lembu Amerika berlangsung dari bulan Februari sampai Oktober ketika suhu air mencapai kondisi yang cocok untuk perkembangan telur dan larva atau berudu. Membutuhkan waktu 3-5 tahun untuk berudu berkembang menjadi katak dewasa.

  1. Habitat

Katak lembu Amerika biasanya mendiami perairan permanen yang besar seperti rawa, kolam, waduk atau sungai dan danau. Katak jenis ini juga dapat ditemukan di habitat buatan manusia seperti kolam, kanal, kolam koi, parit, dan gorong-gorong serta daratan.

Data yang di dapat adalah sebagai berikut:

Nama latin : (Lithobates catesbeianus)

Kelas : Amfibi

Berat : 500 g

Panjang : 15-20 cm

Masa hidup : 7-10tahun

Asal : Amerika Serikat, kanada

Pakan : Plankton, larva serangga air, mikroorganisme kecil, ulat, daging bekicot, serangga, ikan kecil, dan berudu lainnya. selain itu mereka juga memangsa siput, reptil kecil, tikus, burung serta kelelawar.

Kakaktua Rawa ( Cacatua sanguinea)

Kakatua rawa, atau yang secara ilmiah dikenal sebagai Cacatua sanguinea adalah spesies burung kakatua berukuran sedang yang tersebar di Australia. Mereka dikenal dengan bulu berwarna putih krem hingga merah muda pucat, terutama pada tubuhnya, sementara kepala dan leher cenderung lebih putih. Dengan berat rata-rata (370-630 gram) dan panjang (33-41 cm). Kakatua memiliki paruh yang kuat. Berasal dari paruh bagian bawah mereka, paruh bagian bawah kakatua memiliki bagian menonjol seperti huruf U yang akan memberikan mereka kekuatan lebih ketika menggigit benda keras. Kakatua Rawa menghuni hutan hujan tropis dan Mereka juga dikenal karena suara yang bising dengan pekikan dan siulan yang nyaring. Sebagai herbivora, makanan mereka terdiri dari berbagai tumbuhan, termasuk biji-bijian, buah-buahan, dan daun. Proses berkembang biak mereka melibatkan pembuatan sarang di dalam lubang pohon, dengan betina bertelur dua hingga tiga butir telur yang kemudian dierami selama kurang lebih 25 hari. Anak-anak kakatua rawa akan tetap bersama orang tuanya selama beberapa bulan setelah menetas. Meskipun saat ini tergolong sebagai spesies yang tidak terlalu mengkhawatirkan (Least Concern) populasi mereka tetap terancam oleh hilangnya habitat alami dan perdagangan ilegal.

Ciri-ciri Fisik (Morfologi):

  1. Ukuran: Kakatua memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, mulai dari sedang hingga besar. Variasi ukuran ini mencerminkan adaptasi terhadap berbagai habitat dan sumber daya makanan.
  2. Jambul: Jambul yang khas dan dapat ditegakkan merupakan ciri utama. Gerakan jambul ini seringkali menunjukkan emosi seperti ketakutan, kegembiraan, atau dominasi.
  3. Paruh: Paruh bengkok, kuat, dan beradaptasi untuk memecah biji-bijian yang keras (Seedivora). Bentuk paruh ini merupakan adaptasi penting bagi pola makan mereka. Gambar juga menyertakan ilustrasi tipe paruh yang khas untuk famili Cacatuidae.
  4. Kaki: Kaki zigodaktil (dua jari mengarah ke depan, dua jari mengarah ke belakang) yang membantu mereka memanjat dan bertengger dengan kuat di pohon. Gambar juga memberikan ilustrasi kaki dengan tipe jari kaki zigodaktil.
  5. Warna Bulu: Warna bulu umumnya putih, tetapi ada beberapa spesies yang berwarna abu-abu atau hitam. Variasi warna bulu ini mungkin berkaitan dengan kamuflase, pengenalan spesies, atau seleksi seksual.

1. Sistem klasifikasi:

Kingdom: Animalia

Phylum: Chordata

Class: Aves

Order: Psittaciformes

Family: Cacatuidae

Genus: Cacatua

Species: Cacatua goffiniana

2. Sistem pernafasan

Sistem pernapasan kakatua rawa, seperti burung lainnya, berbeda dengan sistem pernapasan mamalia. Mereka memiliki sistem pernapasan yang memungkinkan mereka untuk terbang dan beraktivitas pada ketinggian. Sistem ini melibatkan:

  1. Paru-paru: Paru-paru kakatua rawa relatif kecil dibandingkan dengan ukuran tubuhnya. Berbeda dengan paru-paru mamalia yang mengembang dan mengempis, paru-paru burung relatif kaku.
  2. Pundi-pundi udara (Air sacs): Pundi-pundi udara adalah kantung tipis yang terhubung ke paru-paru dan meluas ke berbagai bagian tubuh, termasuk tulang-tulang tertentu. Pundi-pundi udara ini berperan penting dalam mekanisme pernapasan burung, membantu mengalirkan udara secara satu arah melalui paru-paru. Udara segar selalu mengalir melalui paru-paru, bahkan saat burung mengembuskan napas.
  3. Mekanisme pernapasan: Proses pernapasan pada burung melibatkan dua siklus pernapasan. Pada inspirasi pertama, udara segar masuk ke pundi-pundi udara posterior (belakang). Pada ekspirasi pertama, udara ini mengalir ke paru-paru. Pada inspirasi kedua, udara segar masuk ke pundi-pundi udara anterior (depan), sementara udara dari paru-paru mengalir ke pundi-pundi udara posterior. Pada ekspirasi kedua, udara dari pundi-pundi udara anterior dikeluarkan. Sistem ini memungkinkan aliran udara satu arah yang konstan melalui paru-paru, memastikan suplai oksigen yang efisien.
  4. Pertukaran gas: Pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) terjadi di dalam paru-paru melalui sistem kapiler yang luas. Oksigen dari udara diambil oleh darah dan diangkut ke seluruh tubuh, sedangkan karbon dioksida dikeluarkan dari darah dan dikeluarkan melalui pernapasan.

3. Sistem reproduksi

Sistem reproduksi kakatua rawa (Cacatua sanguinea) bersifat monogami, artinya mereka membentuk pasangan yang setia untuk jangka waktu yang lama, bahkan seumur hidup. Proses reproduksi dimulai dengan pemilihan pasangan, yang seringkali melibatkan ritual perkawinan seperti saling memberi makan dan panggilan khas. Setelah pasangan terbentuk, mereka akan mencari lokasi yang sesuai untuk bersarang, biasanya berupa lubang alami di pohon atau celah-celah bebatuan yang cukup besar dan terlindung dari predator. Betina akan bertelur 2-3 butir telur, yang kemudian dierami oleh betina, dengan pejantan yang berperan dalam melindungi sarang dan menyediakan makanan. Masa pengeraman berlangsung selama sekitar 25 hari. Setelah menetas, anak-anak kakatua rawa akan dirawat oleh kedua induknya, yang akan memberi makan dan melindungi mereka hingga mereka cukup dewasa untuk meninggalkan sarang, biasanya beberapa bulan kemudian. Keberhasilan reproduksi sangat bergantung pada ketersediaan sumber daya, keamanan sarang, dan kondisi lingkungan sekitar.

4. Cara bertahan hidup/habitat

Kakatua rawa (Cacatua sanguinea) hidup secara sosial dalam kelompok, seringkali dalam kawanan yang cukup besar. Mereka menghuni berbagai habitat di Australia, termasuk pekarangan, perkebunan, hutan, dan hutan bakau. Kakatua Rawa menghuni hutan hujan tropis. Persebaran geografisnya meliputi Australia, Indonesia, dan Papua Nugini. Ini menunjukkan adaptasi spesies terhadap lingkungan hutan hujan tropis dan kemampuannya untuk hidup di berbagai wilayah geografis. Kemampuan adaptasi mereka memungkinkan mereka untuk memanfaatkan berbagai sumber daya makanan dan tempat berlindung. Mereka bersarang di lubang pohon, memanfaatkan rongga alami atau yang ditinggalkan oleh spesies lain. Aktivitas harian mereka meliputi mencari makan, merawat bulu, dan berinteraksi sosial dengan anggota kawanannya. Mereka aktif di siang hari dan biasanya beristirahat di pohon-pohon pada malam hari. Kawanan kakatua rawa sering berpindah-pindah lokasi tergantung pada ketersediaan makanan dan sumber daya lainnya. Mereka memainkan peran penting dalam penyebaran biji-bijian dan pemeliharaan keseimbangan ekosistem di habitat mereka.

BUAYA MUARA (Crocodylus porosus)

Buaya muara banyak ditemukan di Indonesia, Australia dan Papua Nugini. Namun, ruang hidupnya lebih besar lagi. Mulai dari pesisir timur India dan Srilanka hingga Mikronesia, di tengah-tengah Pasifik. Hewan ini juga bisa berenang jarak jauh. Metabolisme buaya muara memainkan peranan besar. Selain bisa memanfaatkan cadangan lemak tubuh, buaya juga mampu mengatur kebutuhan tubuhnya secara optimal.

Buaya muara bisa bertahan di bawah permukaan air hingga satu jam dan bertahan hidup tanpa makan selama satu tahun. Mereka mampu memperlambat metabolismenya, sehingga jantung pun hampir tak berdenyut lagi. Reptilia paling besar dan mungkin paling berbahaya bagi manusia adalah buaya muara atau buaya air asin. Hewan ini panjangnya bisa mencapai enam meter dan bobotnya satu ton. Buaya ini tidak hanya bisa hidup di air asin, tapi juga di danau dan sungai. Sementara makanan buaya muda cukup dengan ikan dan reptilia, buaya dewasa juga memangsa mamalia di pantai.

a) Sistem Klasifikasinya

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Reptilia

Ordo : Crocodilia

Famili : Crocodylidae

Genus : Crocodylus

Spesies : C. porosus

Nama Latin/Ilmiah : Crocodylus porosus

b) Sistem Pernafasan

Buaya muara punya refleks selam, mekanisme perlindungan yang dimiliki semua makhluk hidup yang bernapas melalui paru-paru. Refleks ini mengakibatkan saraf tenang (parasympaticus). Reseptor saraf terdapat di hidung, bibir atas, rahang dan lidah.

Saat manusia menyelam, pernapasan sesaat terhenti. Ini agar air tidak bisa masuk ke dalam paru-paru. Di waktu bersamaan, denyut jantung berkurang. Manusia sehat biasa, detak jantungnya akan turun beberapa denyut per menit. Misalnya dari 80 menjadi 75 atau 70.

c) Sistem Reproduksi

Buaya Muara berkembang biak selama musim hujan yang jatuh antara bulan oktober dan Maret. Meskipun Buaya Muara biasanya ditemukan di daerah air asin, tempat berkembang biaknya berada di air tawar. Buaya jantan menandai wilayahnya dan bersikap defensif jika ada buaya jantan lain yang mencoba masuk. Betina mencapai kematangan seksual pada usia sekitar 10 hingga 12 tahun. Di sisi lain, jantan tidak mencapai kematangan seksual hingga usia 16 tahun.Buaya betina biasanya bertelur sebanyak 40 hingga 60 butir, tetapi ia dapat bertelur hingga 90 butir. Telur-telur tersebut diletakkan di sarang-sarang yang terbuat dari bahan tanaman dan lumpur, lalu dikubur. Karena telur-telur tersebut diletakkan pada musim hujan, sarang-sarang tersebut harus ditinggikan untuk mencegah telur-telur tersebut hilang akibat banjir.

Sang jantan tidak tinggal sampai telur menetas, tetapi sang betina tetap tinggal dan melindungi sarang dari predator dan manusia. Setelah dierami selama 90 hari, keturunannya menetas, meskipun waktu ini bervariasi tergantung pada suhu sarang. Penentuan jenis kelamin berhubungan langsung dengan suhu sarang. Sang jantan diproduksi pada suhu sekitar 31,6 derajat Celsius. Jika suhu ini dinaikkan atau diturunkan sedikit saja, sang betina akan diproduksi. Sang betina menggali telur ketika ia mendengar suara kicauan yang dibuat oleh keturunannya setelah menetas. Ia kemudian membantu keturunannya ke dalam air dengan menggendongnya di mulutnya dan merawatnya sampai mereka belajar berenang.

d) Cara Hidup/Habitatnya

Buaya Muara memiliki toleransi tinggi terhadap kadar garam, dan sebagian besar ditemukan di perairan pesisir atau di sekitar sungai. Buaya ini juga dapat ditemukan di sungai air tawar, billabong, dan rawa. Perpindahan antar habitat terjadi selama musim hujan, saat ikan-ikan muda dibesarkan di sungai air tawar. Namun, ikan-ikan muda ini biasanya dipaksa keluar dari area tersebut oleh ikan jantan dominan yang menggunakan area air tawar sebagai tempat berkembang biak, dan masuk ke area dengan kadar garam rendah. Ikan jantan yang tidak dapat membangun wilayah di sistem sungai akan dibunuh atau dipaksa keluar ke laut dan berpindah ke sekitar pantai untuk mencari sistem sungai lain.

IKAN MANFISH (Pterophyllum scalare)

  1. Sistem Klasifikasi

Klasifikasi manfish adalah:

Kingdom : Animalia

Fillum : Chordate

Kelas : Osteichthyes

Subkelas : Actinopterygii

Ordo : Percomorphoidea

Famili : Cichlidae

Genus : Pterophyllum

Spesies : P. scalare


  1. Sistem Pernapasan

Respirasi adalah proses pengikatan oksigen O2 dan pengluaran karbondioksida CO2 oleh darah melalui alat pernafasan. Proses pengikatan oksigen dipengarauhi oleh struktur alat pernafasan dan perbedaan tekanan parsial oksigen antara perairan dengan darah – difusi gas ke dalam darah atau keluar melalui alat pernafasan. Ikan bernapas menggunakan insang. Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan selalu lembap. Bagian terluar dari insang berhubungan dengan air, sedang bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak kapiler, sehingga memungkinkan O2 berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar [2]. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operkulum).

Contoh ikan bertulang sejati adalah ikan Manfish. Insang ikan Manfish tersimpan dalam rongga insang yang terlindung oleh (operkulum). Insang ikan Manfish terdiri dari lengkung insang yang tersusun atastulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di tempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung.

Gas O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi. Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah ke seluruh jaringan tubuh. Dari jaringan tubuh, gas CO2 diangkut darah menuju jantung. Dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menerus dan berulang-ulang.


  1. Sistem Reproduksi

Reproduksi manfish hampir sama dengan golongan ikan famili Cichlidae pada umumnya, yaitu tipe pembuahan secara eksternal serta bersifat menempelkan telur pada substrat. Manfish merupakan ikan yang memiliki proses maturasi yang cepat sehingga dapat memijah secara rutin dalam jangka waktu 7-10 hari sekali. Ciriciri manfish yang sudah siap memiijah berukuran ± 40 g untuk betina, sedangkan manfish jantan berukuran ± 30 g. Serta memiliki kebiasaan bergerang beriringan dan terlihat membersihkan substrat untuk memijah. Walaupun hidup secara berkoloni, manfish tetap mampu melakukan proses reproduksinya secara normal karena secara alami manfish merupakan ikan yang hidup dalam koloni (schooling fish).

  1. Habitat

Manfish biasa hidup pada lingkungan perairan yang banyak ditumbuhi tanaman air dengan karakteristik perairan yang tenang serta tidak memiliki arus yang terlalu deras. Manfish hidup bergerombol dengan kategori serta ukuran yang seragam, hal inilah yang menyebabkan apabila ditempatkan dalam akuarium manfish termasuk ikan yang minim pergerakkannya. Pada awalnya manfish merupakan ikan hias liar banyak yang hidup dan tersebar di berbagai perairan tawar misalnya di sungai,rawa atau danau. Namun saat ini sudah banyak dibudidayakan untuk ikan hias karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi serta memiliki potensi pasar yang lumayan luas. Meski begitu ikan manfish masih merupakan spesies ikan introduksi yang dilarang untuk tersebar atau lepas ke perairan umum










Kelompok 6B

Riska Amalia (23104080046)

Fani Ziaul Haqqi (23104080053)

Aisyah Rahmah Baiti (23104050054)

Annisa Noor Rahma (23104080060)

Adzkia Yudi Pratiwi (23104080068