"Eksplorasi Pembelajaran Kontekstual pada Pembelajaran IPA di Lingkungan Kebun Binatang"

Mahasiswa dari Kelompok 3B mengikuti kegiatan studi lapangan di Gembira Loka Zoo, Yogyakarta, dengan tema "Pengamatan Keanekaragaman Hewan Vertebrata". Dalam kegiatan ini, para mahasiswa mengamati dan mempelajari lima kelompok hewan utama yaitu Pisces, Amfibi, Reptil, Aves, dan Mamalia. Setiap kelompok hewan ini dipelajari dari aspek morfologi, perilaku, dan habitatnya, memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang keunikan masing-masing spesies.

Dibimbing oleh dosen pengampu, Ibu Fitri Yuliawati, S.Pd.Si., M.Pd.Si.dan didampingi oleh Kak Putri Arwinda, S.Pd.,selaku asisten pengajar.Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk melakukan pengamatan langsung serta berdiskusi mengenai karakteristik dan peran penting setiap kelompok hewan dalam ekosistem. Aktivitas ini memberikan pengalaman belajar yang berharga bagi para mahasiswa, meningkatkan pengetahuan mereka tentang keanekaragaman hayati, sekaligus memupuk kepedulian mereka terhadap pelestarian satwa.Berikut spesies hewan yang diamati oleh kelompok3 B:

1. Ikan Red Tail Cat Fish

Sistem Klasifikasi

  • Kingdom : Animalia
  • Filum : Chordata
  • Kelas : Actinopterygil
  • Ordo : Siluryformes
  • Famili : Pimoledidae
  • Genus : Phractocephalus
  • Spesies : P.Hemioliopterus
  • Nama Latin/Ilmiah : Phractocephalus hemioliopterus

Sistem Pernafasan

Ikan Red Tail Catfish (RTC) memiliki sistem pernapasan yang umum bagi ikan air tawar, yaitu respirasi gas-gas terlarut dalam air. Ikan RTC, seperti semua ikan air tawar, bernapas menggunakan proses difusi oksigen dan karbondioksida melalui kulit dan insang. Insang ikan RTC dilindungi oleh membran tipis yang memungkinkan gas-gas terlarut masuk ke dalam darah. Proses ini terjadi secara kontinu saat ikan berada di dalam air. Insang ikan RTC berfungsi sebagai organ utama untuk menukar oksigen dan karbon dioksida. Selain itu, kulit ikan juga berperan penting dalam proses pernapasan, meskipun tidak sebanyak insang. Oksigen dapat diserap melalui kulit, tetapi hal ini relatif kurang efisien dibandingkan dengan insang. Ikan RTC biasanya hidup di lingkungan air tawar dengan temperatur yang stabil, sehingga tidak memerlukan adanya struktur khusus untuk meningkatkan permukaan pernapasan. Namun, jika kondisi lingkungan berubah, misalnya kadar oksigen rendah, maka ikan RTC dapat menyesuaikan diri dengan cara beradaptasi perilaku, seperti bergerak ke area dengan oksigen lebih tinggi atau meningkatkan frekuensi gerakan untuk meningkatkan difusi oksigen melalui kulit

{C}c. {C}Sistem Reproduksi

Ikan Red Tail Catfish berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar) dan dalam sekali bertelur dapat menghasilkan ribuan butir. Peijahan ikan ini tidak bisa dilakukan secara alami, sehingga dilakukan dengan kawin suntik atau dengan rangsangan hormon untuk memicu pematangan organ reproduksi pada induk. Proses reproduksi ikan ini terjadi secara eksternal, di mana betina melepaskan telur dan jantan melakukan pembuahan di luar tubuh betina. Untuk reproduksi yang berhasil, ikan ini membutuhkan aliran air yang kontinyu dan suhu air yang ideal berkisar antara 70°F hingga 75°F (sekitar 21°C hingga 24°C).

Cara Hidup / Habitat

Ikan Red Tail Catfish atauPhractocephalus hemioliopterusadalah sebuah spesies ikan predator yang berasal dari perairan tawar Amerika Selatan, terutama di sungai-sungai Amazon, Orinoco, dan Essequibo. Mereka menghuni perairan tawar yang mengalir, seperti sungai, rawa, dan danau dengan vegetasi air yang melimpah. Ikan ini menyukai perairan dengan aliran yang kuat. Oleh karena itu, mereka sering ditemukan di cekungan sungai dengan arus yang dinamik. Mereka hidup pada lingkungan yang bersuhu 20-26 °C dan pH 6-7. Ikan ini cenderung aktif pada malam hari dan suka bersembunyi di dasar sungai atau di balik batuan. Mereka adalah predator yang aktif dan berperan sebagai pengintai dan penyergap mangsa. Mereka menggunakan kemampuan chemosensor untuk mendeteksi mangsa.

2.Katak pesek / Australian Green Tree Frog

Sistem Klasifikasi

  • Kingdom : Animalia
  • Filum : Chordata
  • Kelas : Amphibia
  • Ordo : Anura
  • Familia : Pelodryadidae
  • Genus : Litoria
  • Spesies : Litoria caerulea
  • Nama Latin/Ilmiah :Litoria caerulea

Sistem Pernafasan

Sistem pernapasan katak pesek (Ranoidea caerulea) mengalami perubahan signifikan sepanjang siklus hidupnya, yang mencakup fase berudu dan fase dewasa. Berikut adalah penjelasan mengenai sistem pernapasan katak pesek:

  • Fase Berudu

Pada tahap berudu, katak bernapas menggunakan insang. Berudu memiliki tiga pasang insang luar yang terletak di belakang kepala. Insang ini berfungsi untuk menyerap oksigen dari air. Insang bergetar untuk memfasilitasi pertukaran gas, di mana oksigen diserap oleh kapiler darah yang terdapat di dalam insang.

  • Fase Katak Muda

Setelah berumur sekitar 9 hari, berudu mulai beralih menggunakan insang dalam. Ini berlangsung hingga mereka sepenuhnya berkembang menjadi katak muda.

  • Fase Katak Dewasa

Setelah metamorfosis, katak dewasa bernapas menggunakan paru-paru dan kulit. Paru-paru katak terdiri dari kapiler darah dan banyak gelembung udara yang memungkinkan pertukaran gas. Selain paru-paru, kulit katak juga berfungsi sebagai alat pernapasan. Kulit yang lembap memungkinkan penyerapan oksigen secara langsung ke dalam darah. Oleh karena itu, kulit katak harus selalu lembap agar proses ini dapat berlangsung dengan baik.

Sistem Reproduksi

Pembuahan terjadi secara eksternal. Induk betina mampu menghasilkan ribuan telur dan hanya sekitar 40-75% yang dapat menetas dan bertahan hidup hingga dewasa. Telur akan diletakan dipermukaan air dan menetas setelah berumur 3-5 hari.

Reproduksi katak pesek biasanya berlangsung antara bulan November hingga Maret, atau selama musim hujan. Pada periode ini, katak jantan akan memanggil betina untuk mendekat ke genangan air. Setelah jantan dan betina bertemu, proses kawin berlangsung di dekat permukaan air. Katak jantan akan mengeluarkan suara khas untuk menarik perhatian betina. Setelah kawin, betina dapat bertelur hingga 2.000 telur. Telur-telur ini mengambang di permukaan air yang tenang, seperti kolam renang, rawa semi-permanen, atau sistem drainase.

Telur katak pesek berbentuk gumpalan yang mengapung di permukaan air. Setelah satu hingga dua minggu, telur tersebut akan menetas menjadi berudu. BeruduRanoidea caeruleaberwarna coklat belang-belang dan dapat mencapai panjang 45–100 mm. Mereka hidup di dalam air dan bernapas menggunakan insang. Berudu akan mengalami metamorfosis menjadi katak dewasa dalam waktu sekitar 6 minggu. Katak pesek menunjukkan perilaku reproduktif yang khas, termasuk pemanggilan suara oleh jantan dan pengaturan tempat bertelur yang aman di lingkungan akuatik.

Cara Hidup / Habitat

Katak pesek adalah hewan nokturnal, yang berarti mereka aktif di malam hari. Pada siang hari, katak pesek akan mencari tempat lembab yang dingain dan gelap untuk tidur. Pada habitat aslinya katak pesek sulit untuk ditemui dan terdengar suaranya. Katak pesek akan bersuara pada masa musim kawin, merasa terancam atau stress berat. Mereka memiliki tubuh yang kecil dan gemuk, dengan kepala yang lebar dan mata yang menonjol. Katak pesek memiliki ukuran 7-11,5cm dan berat 250g. mereka memiliki masa hidup 16 tahun. Katak pesek adalah hewan yang memakan serangga (insectivora)seperti jangkrik, kecoa, kupu, ngengat, nyamuk dll. katak pesek menjerat mangsanya menggunakan lidahnya, tetapi untuk yang ukurannya kecil. sedangkan untuk mangsa yang berukuran lebih besar katak pesek akan menggunakan kaki depannya untuk memasukkannya kedalam mulut.

Katak pesek hidup di berbagai habitat, seperti hutan hujan tropis atau rawa-rawa. Mereka biasanya dapat ditemukan pada pohon yang dekat dengan air. Banyak tersebar di Australia, Papua Nugini dan Indonesia (Papua). Mereka sering ditemukan di dekat air, karena mereka membutuhkan air untuk berkembang biak. Katak pesek adalah hewan yang penting dalam ekosistem, karena mereka membantu mengendalikan populasi serangga.

3.Monyet Capuchin / tufted capuchin

Sistem Klasifikasi

  • Kingdom : Animalia
  • Filum : Chordata
  • Kelas : Mammalia
  • Ordo : Primates
  • Famili : Cebidae
  • Genus : Sapajus
  • Spesies : Sapajus apella
  • Nama Latin/Ilmiah : Sapajus apella

Sistem Pernafasan

Sistem pernapasan monyet capuchin, termasuk Sapajus apella, mirip dengan sistem pernapasan mamalia lain, yaitu meliputi hidung dan rongga hidung, faring dan laring, trakea, bronkus, alveolus dan diafragma. Udara masuk melalui hidung, di mana udara disaring oleh bulu hidung dan dilembabkan serta dihangatkan di rongga hidung. Kemudian udara akan melewati faring (tenggorokan) dan laring (kotak suara), tempat pita suara berada. Selanjutnya udara masuk ke trakea (batang tenggorokan), yang berfungsi sebagai saluran udara utama menuju paru-paru. Trakea bercabang menjadi dua bronkus yang menuju ke masing-masing paru-paru. Di dalam paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus yang lebih kecil. Bronkiolus berakhir di alveoli, kantung udara kecil dimana pertukaran gas terjadi. Di sinilah oksigen dari udara yang dihirup diserap ke dalam aliran darah, dan karbon dioksida dari darah dikeluarkan untuk dihembuskan. Proses pernapasan ini didukung oleh kontraksi dan relaksasi otot diafragma. Saat diafragma berkontraksi, paru-paru mengembang dan udara masuk. Saat diafragma relaksasi, paru-paru mengempis dan udara dikeluarkan. Jadi, monyet capuchin memiliki sistem pernapasan yang sangat efisien dan hampir identik dengan sistem pernapasan manusia, dengan paru-paru sebagai organ utama untuk pertukaran gas.

Sistem Reproduksi

Monyet capuchin, termasuk Sapajus apella, berkembang biak dengan cara melahirkan (vivipar) dengan masa bunting sekitar 150-160 hari, dalam sekali berkembang biak akan menghasilkan 1 ekor anakan. Bayi akan dirawat oleh induknya dan akan bergantung pada induknya selama beberapa bulan pertama untuk mendapatkan nutrisi dan perlindungan. Monyet jantan mencapai kematangan seksual pada usia 7 tahun, sedangkan monyet betina dapat melahirkan pada usia 4 tahun. Monyet jantan dan monyet betina memiliki organ reproduksi yang berbeda. Organ reproduksi capuchin jantan meliputi testis sebagai organ utama penghasil sperma dan hormon testosteron, saluran reproduksi, dan penis. Organ reproduksi capuchin betina meliputi ovarium yang menghasilkan sel telur dan hormon-hormon seperti estrogen dan progesteron, tuba fallopi sebagai tempat pembuahan, rahim (uterus) dan vagina. Monyet capuchin betina memiliki siklus estrus yang bervariasi, di mana mereka menjadi subur dan siap untuk kawin. Pada saat estrus, betina akan menunjukkan tanda-tanda fisik dan perilaku yang menunjukkan kesuburan, seperti perubahan pada alat kelamin eksternal atau peningkatan interaksi sosial dengan jantan. Monyet capuchin tidak memiliki musim kawin yang tetap, sehingga mereka bisa kawin sepanjang tahun.

Cara Hidup / Habitat

Monyet capuchin Sapajus apella memiliki berat 1,3 - 4,8 kg dan panjang 38 - 46 cm. Mereka dapat hidup hingga 45 tahun. Termasuk omnivora dengan makanan berupa buah, daun, biji, kadal, ayam, telur, serangga, katak, tikus dan burung. Habitat tempat tinggalnya ada di hutan, sabana dan pegunungan. Sapajus apella terutama ditemukan di hutan hujan tropis Amerika Tengah dan Selatan, termasuk negara-negara seperti Brasil, Kolombia, Venezuela, Peru, dan Bolivia. Mereka menghuni berbagai jenis hutan, termasuk hutan dataran rendah, hutan pegunungan, hutan bakau, dan hutan kering. Mereka sebagian besar bersifat arboreal, yang berarti menghabiskan banyak waktu di pepohonan. Namun, mereka juga bisa turun ke tanah untuk mencari makanan.

4.Kura – Kura Leher Pendek Perut Merah atau Red-bellied short-necked turtle

Sistem Klasifikasi

  • Kingdom : Animalia
  • Filum : Chordata
  • Kelas : Reptil
  • Ordo : Testudinata
  • Famili : Cheloniidae
  • Genus : Chelonia
  • Spesies : Emydura
  • Nama Latin/Ilmiah : Emydura subglosa

Emydura subglosa adalah salah satu spesies kura-kura air tawar dari famili Chelidae yang ditemukan di Australia. Sistem pernapasan Emydura subglosa, seperti kura-kura lainnya, melibatkan mekanisme pernapasan yang unik karena adaptasi mereka terhadap lingkungan akuatik dan darat.

Sistem Pernafasan

Aspek – aspek penting pada sistem pernafasan Kura – kura leher pendek perut merah:

  • Pernapasan Paru-Paru: Meskipun Emydura subglosa hidup di air, ia tetap mengandalkan paru-paru untuk bernapas. Paru-paru kura-kura ini memiliki struktur yang sederhana namun efisien untuk mengekstrak oksigen dari udara. Ketika berada di air, kura-kura perlu muncul ke permukaan untuk mengambil udara.
  • Kapasitas Menahan Napas: Seperti kura-kura air lainnya, Emydura subglosa mampu menahan napas dalam waktu yang lama saat berada di bawah air. Ini adalah adaptasi untuk bertahan hidup di lingkungan akuatik, di mana mereka sering menyelam untuk mencari makan atau menghindari predator.
  • Pernapasan Melalui Kulit (Cloacal Respiration): Seperti beberapa spesies kura-kura lainnya, Emydura subglosa juga memiliki kemampuan terbatas untuk mengambil oksigen melalui kulit di sekitar kloakanya (organ ekskresi). Adaptasi ini memungkinkan mereka untuk tetap di dalam air lebih lama tanpa harus sering muncul ke permukaan.
  • Penggunaan Otot: Tidak seperti mamalia yang memiliki diafragma untuk membantu proses pernapasan, kura-kura seperti Emydura subglosa menggunakan otot-otot tubuh mereka untuk memompa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Otot-otot di sekitar tubuh berkontraksi untuk memompa udara ketika kura-kura mengambil napas di permukaan air.
  • Dengan adaptasi-adaptasi ini, Emydura subglosa dapat bertahan di lingkungan air dan daratdenganefisien.

Sistem Reproduksi

Kura-kura leher pendek perut merah, atau Emydura subglobosa, memiliki sistem reproduksi yang serupa dengan kura-kura lainnya, namun dengan beberapa karakteristik khusus yang membantu spesies ini beradaptasi dengan lingkungannya. Berikut penjelasan tentang sistem reproduksi Emydura subglobosa:

  • Jenis Kelamin

Kura-kura leher pendek perut merah adalah hewan gonokoris, yang berarti mereka memiliki jenis kelamin terpisah, jantan dan betina. Penentuan jenis kelamin pada sebagian besar kura-kura air sering kali dapat ditentukan oleh suhu inkubasi telur, namun pada kura-kura ini, sistem penentuan jenis kelamin belum diketahui secara detail.

  • Fertilisasi Internal

Seperti semua kura-kura, fertilisasi pada Emydura subglobosa terjadi secara internal. Kura-kura jantan memiliki organ reproduksi yang disebut penis, yang digunakan untuk memasukkan sperma ke dalam tubuh betina melalui kloaka.

  • Perkawinan

Selama musim kawin, kura-kura jantan akan berusaha menarik perhatian betina. Proses ini biasanya melibatkan gerakan fisik, termasuk mengapung di sekitar betina atau menyentuh bagian tubuh betina dengan kakinya. Jika betina menerima, perkawinan berlangsung di dalam air, dengan jantan berada di atas betina.

  • Ovipar (Bertelur)

Emydura subglobosa adalah hewan ovipar, yang berarti mereka berkembang biak dengan bertelur. Betina akan bertelur di darat, biasanya di dalam sarang yang digalinya di tanah dekat perairan. Jumlah telur yang dihasilkan tergantung pada ukuran betina, tetapi rata-rata mereka dapat bertelur antara 10-20 butir.

  • Sarang dan Penetasan

Setelah bertelur, betina akan menutup sarangnya dengan tanah untuk melindungi telurnya dari predator. Telur-telur ini akan menetas setelah periode inkubasi selama 60-80 hari, tergantung pada suhu lingkungan. Suhu juga dapat memengaruhi jenis kelamin anak yang menetas, meskipun ini perlu penelitian lebih lanjut pada spesies ini.

  • Anak Kura-Kura

Setelah menetas, anak-anak kura-kura akan langsung menuju air untuk melanjutkan hidup mereka. Mereka sudah mandiri sejak lahir dan tidak mendapat perawatan dari induknya. Mereka memiliki cangkang lunak pada awalnya, yang akan mengeras seiring pertumbuhan.

Sistem reproduksi ini memungkinkan Emydura subglobosa untuk berkembang biak secara efektif di lingkungan perairan dan memastikan kelangsunganspesiesnya.

Cara Hidup / Habitat

Kura-kura leher pendek perut merah (Emydura subglobosa) adalah spesies kura-kura air tawar yang ditemukan di wilayah Papua Nugini dan bagian utara Australia. Habitat serta cara hidup mereka sangat bergantung pada ekosistem air tawar. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai habitat dan cara hidup Emydura subglobosa:

  • Habitat

Perairan Tawar: Kura-kura ini hidup di sungai, danau, rawa, dan laguna air tawar dengan aliran yang tenang. Mereka menyukai perairan dangkal yang memiliki banyak vegetasi air, yang menyediakan tempat berlindung dan sumber makanan. Area Berawa dan Berhutan: Di sekitar Papua Nugini dan Australia, mereka juga sering ditemukan di daerah berawa yang dikelilingi oleh hutan tropis atau daerah pesisir, di mana kondisi kelembapan mendukung kehidupan mereka.

  • Adaptasi Aquatik

Semi-Akuatik: Meskipun mereka lebih sering berada di air, Emydura subglobosa adalah kura-kura semi-akuatik, yang berarti mereka juga menghabiskan waktu di darat, terutama untuk berjemur (basking) di bawah sinar matahari. Berjemur: Kura-kura ini sering terlihat berjemur di atas batu atau batang kayu yang muncul di atas permukaan air. Aktivitas ini penting untuk membantu mengatur suhu tubuh mereka dan mencegah pertumbuhan parasit pada cangkang mereka.

  • Makanan dan Pola Makan

Omnivora: Emydura subglobosa adalah hewan omnivora, yang artinya mereka memakan berbagai jenis makanan, termasuk tumbuhan dan hewan kecil. Makanan mereka dapat berupa:

1).Tumbuhan air seperti alga dan ganggang

2).Serangga, cacing, krustasea kecil, dan ikan kecil

3).Sisa organik dan bangkai hewan yang ada di dalam air

4).Mereka mencari makan di air, menyaring makanan dari lumpur dasar atau berburu hewan kecil.

  • Perilaku

Aktivitas Harian: Kura-kura ini lebih aktif pada siang hari (diurnal), di mana mereka lebih sering terlihat mencari makanan dan berjemur. Namun, mereka juga bisa melakukan aktivitas di malam hari di bawah kondisi tertentu. Menahan Napas di Air: Seperti kura-kura air lainnya, mereka memilikikemampuan

5.Beluk Ketupa / Buffy Fish-owl

Sistem Klasifikasi

  • Kingdom : Animalia
  • Filum : Chordata
  • Kelas : Aves
  • Ordo : Stigiformes
  • Famili : Strigidae
  • Genus : Ketupa
  • Spesies : Ketupa ketupu
  • Nama Latin/Ilmiah : Ketupa ketupu / Strix ketupu

Sistem Pernafasan

Sistem pernapasan beluk ketupa bekerja melalui mekanisme yang serupa dengan burung lainnya. Udara masuk melalui lubang hidung yang terletak di pangkal paruh, kemudian melewati trakea menuju paru-paru. Paru-paru burung berbeda dengan mamalia, karena tidak mengembang dan mengempis, melainkan udara mengalir secara terus-menerus melewati kapiler kecil untuk pertukaran gas yang lebih efisien. Beluk ketupa juga memiliki kantung udara yang terhubung dengan paru-paru. Kantung udara ini berfungsi untuk menyimpan udara dan membantu sirkulasi oksigen dalam dua siklus pernapasan, sehingga oksigen dapat diproses lebih efisien. Udara yang masuk pertama kali akan disimpan di kantung udara belakang, lalu diarahkan ke paru-paru untuk pertukaran gas, dan saat dihembuskan, udara sisa di paru-paru akan disalurkan ke kantung udara depan sebelum akhirnya keluar dari tubuh. Dengan adanya kantung udara dan aliran udara yang efisien, burung ini dapat tetap mendapatkan oksigen bahkan saat terbang atau diam, yang sangat penting untuk aktivitas berburu di malam hari. Meskipun beluk ketupa lebih sering berburu dengan terbang rendah, sistem pernapasan ini tetap mendukung kebutuhan energinya dengan baik.

Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi beluk ketupa melibatkan pembuahan internal, di mana burung jantan dan betina melakukan kawin untuk menghasilkan keturunan. Burung ini memiliki organ reproduksi yang disebut kloaka, yang berfungsi untuk pembuangan limbah dan reproduksi. Ketika tiba waktunya untuk berkembang biak, biasanya pada musim tertentu, beluk ketupa jantan akan mencari pasangan dengan mengeluarkan suara khas dan melakukan ritual untuk menarik perhatian betina. Setelah pasangan terbentuk, proses kawin terjadi, dan sperma dari burung jantan akan berpindah ke tubuh betina. Setelah pembuahan, telur-telur mulai berkembang di dalam tubuh betina, terlindungi oleh cangkang keras yang terdiri dari kalsium untuk menjaga embrio di dalamnya tetap aman. Sarang biasanya dibangun di tempat-tempat yang aman dan tersembunyi, seperti di cabang pohon yang tinggi atau di celah-celah batu, untuk melindungi telur dari predator. Setelah telur diletakkan, betina akan mengerami telur tersebut selama beberapa minggu hingga akhirnya menetas. Selama masa pengeraman, peran burung jantan adalah mencari makanan dan melindungi wilayah sarang dari ancaman. Setelah telur menetas, anak burung masih sangat lemah dan tidak bisa terbang, sehingga kedua induk akan merawat dan memberi makan mereka sampai mereka cukup kuat untuk belajar terbang dan berburu sendiri. Reproduksi ini penting untuk menjaga keberlanjutan spesies beluk ketupa, dengan pola asuh yang melibatkan kedua induk untuk memastikan anak-anaknya dapat bertahan hidup hingga dewasa.

Cara Hidup / Habitat

Beluk Ketupa memiliki berat 1 - 2 kg dan panjang 40 - 50 cm. Mereka dapat hidup hingga 30 tahun. Termasuk karnivora dengan makanan berupa ikan, reptil kecil, katak mamlia kecil. Habitat tempat tinggalnya ada di hutan hujan tropis, dan tepi sungai. Cara hidup beluk ketupa sangat tergantung pada kemampuannya berburu di malam hari dengan penglihatan tajam dan pendengaran yang sangat baik. Burung ini biasanya berburu di dekat perairan dangkal, tempat mereka bisa melihat mangsa seperti ikan di bawah permukaan air. Mereka juga dikenal sebagai burung yang tenang dan jarang berkelompok, lebih sering terlihat sendiri atau dengan pasangannya saat musim kawin. Beluk ketupa cenderung memilih lokasi yang sepi dan jarang terganggu manusia untuk bersarang. Sarang mereka biasanya terletak di lubang pohon atau di celah batu, di mana mereka merasa aman dari predator. Kehidupan beluk ketupa sangat bergantung pada keberadaan habitat alami seperti hutan dan perairan, karena perubahan lingkungan yang drastis, seperti penebangan hutan atau polusi air, dapat mengancam kelangsungan hidup mereka.